pengolahan citra
Membuat website yang baik
teknik-teknik Komunikasi
INFORMATIVE COMMUNICATION (KOMUNIKASI INFORMATIF)
Informative communication adalah suatu pesan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang tentang hal-hal baru yang diketahuinya. Teknik ini berdampak kognitif pasalnya komunikan hanya mengetahui saja. Seperti halnya dalam penyampaian berita dalam media cetak maupun elektronik, pada teknik informatif ini berlaku komunikasi satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, medianya menimbulkan keserempakan, serta komunikannya heterogen. Biasanya teknik informative yang digunakan oleh media bersifat asosiasi, yaitu dengan cara menumpangkan penyajian pesan pada objek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak.
Kendatipun demikian teknik informatif ini dapat pula berlaku pada seseorang, seperti halnya kajian ilmu yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswa, namun bersifat relatif, pasalnya pada kajian ilmu tertentu, sedikit banyak telah diketahui oleh mahasiswanya.
PERSUASIF COMMUNICATION (KOMUNIKASI PERSUASIF)
Komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku komunikan yang lebih menekan sisi psikologis komunikan. Penekanan ini dimaksudkan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, tetapi persuasi dilakukan dengan halus, luwes, yang mengandung sifat-sifat manusiawi sehingga mengakibatkan kesadaran dan kerelaan yang disertai perasaan senang. Agar komunikasi persuasif mencapai tujuan dan sasarannya, maka perlu dilakukan perencanaan yang matang dengan mempergunakan komponen-komponen ilmu komunikasi yaitu komunikator, pesan, media, dan komunikan. Sehingga dapat terciptanya pikiran, perasaan, dan hasil penginderaannya terorganisasi secara mantap dan terpadu. biasanya teknik ini afektif, komunikan bukan hanya sekedar tahu, tapi tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan tertentu.
COERSIVE/ INSTRUKTIVE COMMUNICATION(KOMUNIKASI BERSIFAT PERINTAH)
Komunikasi instruktif atau koersi teknik komunikasi berupa perintah, ancaman, sangsi dan lain-lain yang bersifat paksaan, sehingga orang-orang yang dijadikan sasaran (komunikan) melakukannya secara terpaksa, biasanya teknik komunikasi seperti ini bersifat fear arousing, yang bersifat menakut-nakuti atau menggambarkan resiko yang buruk. Serta tidak luput dari sifat red-herring, yaitu interes atau muatan kepentingan untuk meraih kemenangan dalam suatu konflik ,perdebatan dengan menepis argumentasi yang lemah kemudian dijadikan untuk menyerang lawan. Bagi seorang diplomat atau tokoh politik teknik tersebut menjadi senjata andalan dan sangat penting untuk mempertahankan diri atau menyerang secara diplomatis.
HUMAN RELATION (HUBUNGAN MANUSIA)
Hubungan manusiawi merupakan terjemahan dari human relation. Adapula yang mengartikan hubungan manusia dan hubungan antar manusia, namun dalam kaitannya hubungan manusia tidak hanya dalam hal berkomunikasi saja, namun didalam pelaksanaannya terkandung nilai nilai kemanusiaan serta unsur-unsur kejiwaan yang amat mendalam. Seperti halnya mengubah sifat, pendapat, atau perilau seseorang. Jika ditinjau dari sisi ilmu komunikasi hubungan manusia ini termasuk kedalam komunikasi interpersonal, pasalnya komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih dan bersifat dialogis.
Hubungan manusia pada umumnya dilakukan untuk menghilangkan hambatan-hambatan komunikasi, meniadakan salah pengertian dan mengembangkan tabiat manusia. Untuk melakukan hubungan manusia biasanya digunakan beberapa teknik pendekatan yaitu pendekatan emosional (emosional approach) dan pendekatan social budaya (sosio-cultur approach).
A. PENDEKATAN EMOSIONAL (EMOSIONAL APPROACH)
Teknik penekatan yang biasanya digunakan dalam pendekatan semacam ini biasanya bersifat icing (baca: aising), yaitu seni menata pesan dengan emotional appeal sedemikian rupa, sehingga komunikan menjadi tertarik perhatiannya. Bisa dianalogikan dengan kue yang baru dikeluarkan dari panggangan yang ditata dengan lapisan gula warna-warni sehingga kue yang tadinya tidak menarik menjadi indah dan memikat. Dalam hubungan ini komunikator mempertaruhkan kepercayaan komunikan terhadap fakta pesan yang disampaikan, maka teknik ini berujung pay off atau reward, yaitu bujukan atau rayuan dengan cara “mengiming-imingi” komunikan dengan hal yang menguntungkan atau menjanjikan harapan. Pada umumnya emotional approach ini menggunakan konseling sebagai senjata yang ampuh, baik secara langsung maupun tidak langsung, hal ini bertujuan agar pesan bisa secara langsung menyentuh perasaan komunikan.
B. PENDEKATAN SOSIAL-BUDAYA (SOSIO CULTURE APPROACH)
Salah satu tujuan komunikasi adalah tersampaikannya pesan dari komunikator kepada komunikan, maka dianjurkan bagi komunikator terlebih dahulu memahami perilaku social serta budaya masyarakat setempat yang akan menjadi komunikan. hal ini bertujuan agar komunikan, lebih memahami serta tidak merasa tersinggung oleh pesan yang disampaikan oleh komunikator, selain hal tersebut masyarakat yang menjadi komunikan tidak dapat terlepas dari budaya. oleh karena itu pesan akan lebih mudah diterima jika tidak menghilangkan aspek – aspek seni budaya yang berada di sekitar komunikan berada. Jika komunikator tidak memperhatikan kerangka budaya yang berkembang di tengah-tengah komunkan. maka tidak menutup kemungkinan pesan yang disampaikan akan mendapatkan penolakan penolakan, pasalnya budaya yang digunakan oleh masyarakat berasal dari falsafah hidupnya, serta menjadi suatu aturan yang secara tidak langsung digunakan dalam kehidupannya sehari - hari termasuk ketika seseorang mengaplikasikan pesan – pesan yang disampaikan. Jika pesan tersebut dapat selaras dengan budaya komunikan maka pesan tersebut dapat menjadi suatu behavioral, yakni suatu dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan.
Pengaruh tayangan televisi terhadap perkembangan psikologis anak
Pengaruh tayangan televisi terhadap perkembangan psikologis anak
Bagaimana anda memandang permainan untuk anak-anak?. Apakah penting menurut anda?. Apakah keikutsertaan anak dalam game mempunyai nilai penting ataukah tidak?. Banyak sekali pertanyaan yang timbul ketika kita memikirkan tentang permainnan anak yang akan berdampak kepada psikologisnya.
Benarkah televisi telah menjadi media yang “mengkhawatirkan”. Pertanyaan ini muncul akibat telah berkembangnya perilaku negatif terutama di kalangan anak yang sesungguhnya tidak boleh dipandang sebelah mata. Lalu benarkah televisi telah menjadi biang kerok munculnya perilaku agresif, permisif, dan konsumtif di kalangan anak-anak. Pertanyaan ini “memaksa” kita untuk lebih jeli lagi memahami media televisi bagi kehidupan manusia. Televisi yang merupakan perpaduan kekuatan teknologi radio dan film (audio visual) telah menyulap wajah dunia begitu dinamis. Disini saya akan berusaha memberikan jawaban dengan menguraikan penjelasan dari para pakar, dokter, dan pelaku didik.
Pengaruh Media terhadap anak makin besar, teknologi semakin canggih & intensitasnya semakin tinggi. Padahal orangtua tidak punya waktu yang cukup untuk memerhatikan, mendampingi dan mengawasi anak. Anak lebih banyak menghabiskan waktu menonton TV ketimbang melakukan hal lainnya. Mereka akan belajar bahwa kekerasan itu menyelesaikan masalah. Mereka juga belajar untuk duduk di rumah dan menonton, bukannya bermain di luar dan berolahraga. Hal ini menjauhkan mereka dari pelajaran-pelajaran hidup yang penting, seperti bagaimana cara berinteraksi dengan teman sebaya, belajar cara berkompromi dan berbagi di dunia yang penuh dengan orang lain. Ikatan Dokter Anak Indonesia dalam bloknya “http\pengaruh-nonton-tv-pada-anak-anak.html” mengungkapkan fakta bahwa Anak merupakan kelompok pemirsa yang paling rawan terhadap dampak negatif siaran TV. Data tahun 2002 mengenai jumlah jam menonton TV pada anak di Indonesia adalah sekitar 30-35 jam/minggu atau 1560-1820 jam/ tahun . Angka ini jauh lebih besar dibanding jam belajar di sekolah dasar. Tidak semua acara TV aman untuk anak, saat ini jumlah acara TV untuk anak usia prasekolah dan sekolah dasar perminggu sekitar 80 judul ditayangkan dalam 300 kali penayangan selama 170 jam. Padahal dalam seminggu ada 24 jam x 7 = 168 jam! Jadi, selain sudah sangat berlebihan, acara untuk anak juga banyak yang tidak aman.
Anak-anak lebih bersifat pasif dalam berinteraksi dengan TV, bahkan seringkali mereka terhanyut dalam dramatisasi terhadap tayangan yang ada di televisi. Disatu sisi TV menjadi sarana sebagai media informasi, hiburan bahkan bisa sebagai kemajuan kehidupan, namun disisi lain TV dapat menularkan efek yang buruk bagi sikap, pola pikir, perilaku anak. Misalnya, tayangan seks dan kekerasan. Anak-anak yang masih rentan daya kritisnya, akan mudah sekali terpengaruh dengan isi dan materi tayangan televisi yang ditontonnya, dan pengaruhnya bisa terbawa sampai mereka dewasa.
Televisi si kotak ajaib telah menjadi media yang keberadaannya sangat ditentukan oleh kendali pemakainya. Artinya, Televisi adalah sarana yang berisi tayangan-tayangan. Meskipun Melvin De Fleur menyatakan bahwa televisi mampu mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat. Tetapi sebenarnya yang salah bukan televisinya tetapi dampak tayangan yang ada dalam televisi. Dengan demikian, persoalan mendasar dari kehadiran media televisi adalah terletak pada dimensi pemanfaatan. Pemanfaatan inilah yang menjadi titik masalah munculnya perilaku-perilaku yang mengkhawatirkan.
Kebiasaan menonton TV dapat membuat anak menjadi pemalu, karena terisolasi dari pergaulannya dengan teman-teman sebaya lainnya. Hal itu yang dapat mempengaruhi psikologis anak menurut Athif Abul Id dan Syeikh Muhamammad Sa’id Marsa dalam bukunya yang berjudul “Bermain lebih baik dari pada nonton tivi”. Selain itu pola menonton TV yang tidak terkontrol akan menimbulkan dampak psikologis bagi anak-anak. Yang pertama, keterampilan anak jadi kurang berkembang. Usia anak adalah usia dimana si anak sedang mengembangkan segala kemampuannya seperti kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain dan kemampuan mengemukakan pendapat. Dampak lainnya, disadari atau tidak, perilaku-perilaku yang dilihat di TV akan menjadi satu memori dalam diri si anak dan akibatnya si anak menjadi meniru yang bisa berkembang menjadi karakter pribadinya di kemudian hari, kalau tidak segera diantisipasi. Jadi jangan heran, kalau orangtua melihat tingkah anaknya yang kasar atau suka mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas diucapkan, meski orang tua setengah mati meyakinkan bahwa mereka tidak pernah mendidik anaknya seperti itu. Bisa jadi, itu akibat pola menonton tv yang tidak terkontrol.
Jalaludin Rahmat memaparkan dalam bukunya “psikologi komunikasi”Secara umum ada tiga lingkungan yang sangat mempengaruhi kualitas mental dan spiritual anak, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial budaya yang berhubungan dengan nilai-nilai serta norma-norma yang berlaku di masyarakat, termasuk di dalamnya pengaruh televisi, buku dan media massa. Ketiga lingkungan tersebut saling menopang dalam mempengaruhi perkembangan dan pembentukan karakter anak.
Meskipun pemerintah telah membuat UU No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran tetapi pelaksanaannya masih setengah hati. Yang paling berperan adalah orangtua sebagai jembatan dalam hubungan antara anak dengan TV menjadi sangat penting. Dampingilah anak-anak dalam menonton TV dan jika hal ini diterapkan dalam kegiatan sehari-hari maka hasilnya sangat positif. Keberadaan orang tua di samping anak pada saat menonton TV dapat menjelaskan secara langsung jika ada adegan-adegan kekerasan. Bila anak-anak menonton TV pastikan mereka benar-benar memahami pendapat yang anda berikan mengenai kekerasan. Bahaslah cara-cara untuk mengatasi sebuah pertengkaran tanpa harus dengan adanya kekerasan, dengan memberikan contoh-contoh kejadian yang terjadi sehari-hari. Bila anak sudah besar, maka ceritakanlah pengalaman hidup nyata yang berhubungan dengan kekerasan. Jelaskan pula bahwa kekerasan yang ada di TV hanyalah rekayasa dan tidak sungguh-sungguh. Bantulah anak agar dapat bersikap kritis tentang kekerasan di TV, bahwa hal itu sengaja direkayasa untuk ditonton.
mengais asa di senja usia
mengapa di usia senja aqu ini yang seharusnya menikmati sisa umur aqu,menimang cucu-cucu,cicit-cicit,aqu masi saja bekerja keras??
ingin aqu menangis menghadapi semua ini,,tapi kepada siapa aqu menangis?apakah dengan aqu menangis akan ada yang peduli kepada aqu,,apakah nasib aqu akan berubah??
yang bisa aqu lakukan sekarangcuma "bangun" menghadapi dunia yang kejam ini.aqu akan berjuang karena aqu bukanlah Pecundang.aqu siap menghadapinya.
resensi Call of Duty 6 : Modern Warfare 2